Tuesday, July 1, 2014

Mengundurkan Diri, Apakah Pilihan yang Tepat

Atma Namaste Gita Readers

Bekerja dalam suatu tim adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Walau secara matematika dua kepala pasti lebih baik daripada satu kepala, namun pada kenyataannya menyatukan beberapa kepala dengan egonya masing masing adalah suatu pekerjaan yang cukup melelahkan. Bayangkan tiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda, apalagi apabila ego mulai berbicara dan menghasut pikiran untuk berpikir bahwa dia lebih mampu dari yang lain.

Mungkin bila itu adalah tim kecil, dimana hanya terdiri dari dua atau tiga orang, hal tersebut masih dapat terkendali dengan mudah. Namun tak jarang sebuah pekerjaan harus dilakukan oleh lima, sepuluh atau bahkan seratus orang. Walau tidak semua orang memiliki ego yang besar, dan ada beberapa orang yang malah memilih untuk diam dan menunggu perintah untuk bekerja, namun beberapa orang dengan ego bahwa dia yang paling kompeten akan mengacaukan semuanya. 


Memang suatu perbedaan pendapat pada saat perencanaan sering memberikan gesekan gesekan, namun gesekan yang paling merepotkan adalah apabila terjadi kesalahan dan seseorang merasa  bertanggung jawab akan kesalahan tersebut dan mengundurkan diri. Ya, Mengundurkan diri. 

Pilihan yang tepat
Memang bila melihat dunia organisasi saat ini bila seorang calon pemimpin ditanya apa yang akan dilakukan bila dia melakukan kesalahan, akan sering terdengar suatu pernyataan bahwa yang bersangkutan siap untuk mengundurkan diri. Mungkin yang bersangkutan merasa itu sebagai suatu tindakan heroik yang berarti mengorbankan dirinya sebagai kambing hitam. Namun apakah hal tersebut adalah tindakan yang benar?

Saya memang bukan seorang organisator yang berpengalaman, namun menurut saya mengundurkan diri sama sekali bukan suatu tindakan yang heroik. Mengundurkan diri lebih berupa suatu cara untuk melarikan diri secara terhormat. Saya melihat seperti itu karena seseorang yang mengundurkan diri akan meninggalkan banyak sekali pekerjaan rumah untuk diselesaikan oleh timnya. Dan dengan mundurnya yang bersangkutan, maka kekuatan sebuah tim akan berkurang. 

Secara kasar, apabila pekerjaan dengan beban seratus orang dikerjakan oleh sepuluh orang berarti  tiap orang akan memikul beban sepuluh orang, namun saat terjadi kesalahan dan beban tersebut bertambah menjadi seratus lima puluh orang ditambah orang yang bersangkutan mengundurkan diri dengan heroik maka beban tiap orang akan menjadi lebih dari 16 beban.  Itu juga bila tiap orang memiliki kemampuan dan kapabilitas yang sama. Bila yang mengundurkan diri adalah seorang pemimpin, dimana dalam cerita cerita jepang, satu orang pemimpin dapat disamakan dengan kekuatan sepuluh orang maka beban yang harus ditanggung oleh tiap orang akan bergeser cukup besar, dari delapan beban per orang menjadi enam belas beban. Wah tentu saja itu bukan sebuah tindakan heroik. 

Lalu bagaimanakah seharusnya orang yang bertanggung jawab. Bagian dari tim yang bertanggung jawab seharusnya bertahan dalam tim itu dan bersama memikul tanggung jawab untuk menyelesaikan kekacauan yang terjadi. Akui kesalahan itu, dan tarik rasa sedih, rasa marah pada diri sendiri dan rasa rasa lain yang dapat mengurangi kapabilitas anda. mungkin hal ini bukan hal yang mudah, namun dengan bantuan pemahaman energi semua menjadi lebih mudah dari yang kita bayangkan. Tanpa pemahaman energi akan ada beberapa perang batin yang cukup melelahkan, namun dengan rasa tanggung jawab orang yang bersangkutan, seharusnya perang batin tersebut dapat dilalui. Setelah selesai menata diri, bersama tim yang lain, yang bersangkutan harus menyelesaikan proyek yang sudah direncanakan, ditambah menyelesaikan masalah masalah yang terbentuk tentunya. 


Kekuatan dalam suatu tim adalah kebersamaan. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Dan seorang yang bertanggung jawab dalam tim harus memahami hal tersebut dan menjadikan dirinya bagian dari tim sampai garis finish. Bukan lari dari tanggung jawab dengan kedok mengundurkan diri. Jadi apabila suatu saat nanti anda berada dalam suatu kondisi dimana anda harus bertanggung jawab, semoga anda dapat memilih pilihan yang tepat.

9 comments:

  1. Mau sharing dikit nih..... bbrp waktu lalu di korea dimana ada kapal yang membawa murid SMA tenggelam dan kepala sekolahnya bunuh diri - apakah itu merupakan suatu bentuk tanggung jawab / lari dari tanggung jawab ? (tergantung sisi yang melihat) - begitu jg dgn di Jepang sering jg kita mendengar hal spt itu - ada yg melihat apa yg mereka lakukan merupakan bentuk dr tanggung jawab moral kpd bawahannya/yg dipimpinnya.Sementara di negara kita bisa dihitung pemimpin yg mengundurkan diri apabila tertimpa kasus (mgkn pertimbangannya yg mengangkat sy menjadi pemimpin tdk meminta sy mundur) - dan disisi lain tanggung jawab mrk pun sptnya tidak ada malah cenderung santai ...rasanya perlu resolusi mental nih...apa yg diperbuat hrs dipertanggungjawabkan :)...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak sandra.. harus ada perbaikan moral yang mengubah bentuk tanggung jawab. Kalau tiap satu kesalahan ada satu yang mengundurkan diri (apalagi sampe mengundurkan diri dari dunia aka bunuh diri) kapan mereka belajar nya.. hehehe memanf perlu perbaikan mental tapi saya gak pake bahasa revolusi mental dulu deh.. gak mau dikira kampanye.. hehehehe

      Semoga semua kehendak Allah dan alam terealisasi dengan cepat dan tepat untuk kebahagiaan semua ciptaanNya

      Delete
  2. Replies
    1. Sama sama gan.. senang tulisan saya bisa bermanfaat

      Delete
  3. Wah bagus nih artikelnya... Kebetulan saya lagi bimbang mau keluar organisasi itu atau engga. Soalnya, saya itu selalu berbeda pendapatnya. Saya juga seperti orang paling benar padahal itu belum tentu. Dengan artikel ini, saya akan mengusir ego saya. Saya sangay berterimakasih atas artikelnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau memang sudah tidak sevisi ya jangan dipaksakan gan.. tapi kalau mundur karena merasa bertanggung jawab ya mungkin perlu dipikir ulang.. hehehe
      Semoga keputusan yang agan pilih nantinya jadi jalan terbaik buat agan dan tim agan.. saya bantu doa dari sini.

      Delete
  4. Jika ingin mundur karena merasa di situ bukan passion nya & selama ini hanya bertahan dg alasan demi memikul tanggung jawab, gimana dok?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu beda cerita dok.. kalo memang sudah tidak sevisi dan pasion berbeda ya gpp kalo menurut saya.
      Asal bukan mundur karena merasa bertanggung jawab. Kan gak singkron :)

      Delete

Baca juga

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...