Dalam hidup kita sering di hadapkan pada hal hal yang baru. Beberapa orang akan langsung maju tanpa melihat kondisi dengan alasan semakin mereka tidak mengerti suatu bidang maka bidang itu akan semakin seru. Sedangkan beberapa orang akan memilih untuk mencari informasi terlebih dahulu. Memang dikatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik, tapi bukankah lebih efektif bila kita belajar dari pengalaman orang lain. Terkadang seorang mentor mendapatkan jawaban setelah terjatuh dan melakukan refleksi diri. Dengan kita belajar dari pengalaman seorang Mentor, setidaknya kita bisa mendapatkan pelajaran tanpa merasakan sakitnya terjatuh terlebih dahulu.
Jalan mana
yang anda pilih tentu adalah keputusan anda, namun bila anda memilih untuk menunda
dan mempelajari situasi terlebih dahulu,
tulisan ini mungkin dapat membantu anda agar tidak tersesat dalam belajar.
Belajar dapat
anda lakukan dengan membaca buku atau bertanya pada mereka yang sudah terlebih
dahulu mengalami apa yang akan anda hadapi. Tentu saja kita harus tahu terlebih
dahulu tujuan kita sebelum memilih untuk belajar pada siapa. Bila kita
berencana menjelajahi kota Paris yang
indah, kita akan mencari orang yang sudah pernah tinggal di Paris. Kita bisa
saja minta diajarkan pada sembarang orang, namun tentu saja bila anda belajar
bagaimana menikmati Paris pada orang yang bahkan belum pernah menginjakan ke
Paris. You will have a hard time.
Anda tentu
mengetahui teori paradigma. Suatu teori yang pertama saya baca pada buku 7 Habits
of Highly and Effective Teens karangan Sean Convoy. Disana dikatakan bahwa
orang yang berbeda akan melihat hal berbeda pada objek yang sama. Seakan - akan
tiap orang memiliki kacamata yang berbeda. Contohnya pada tulisan saya yang
berjudul “Memahami Penderitaan”, saya melihat kondisi penempatan sebagai suatu
petualangan yang akhirnya membuat saya menikmati tiap waktu penempatan saya,
sedangkan sahabat saya melihat penempatan sebagai mimpi buruk karena harus
beradaptasi dengan orang - orang baru. Dari sana kita bisa melihat bahwa paradigma
sangat mempengaruhi penilaian orang dan akhirnya mempengaruhi segala sesuatu
yang diucapkan dan dilakukan nya.
Apa yang mempengaruhi
paradigma seseorang? Sebenarnya yang paling berpengaruh bagaimana seseorang
melihat sesuatu adalah dirinya sendiri. Apakah anda pernah mendengar cerita
tentang seorang berandalan yang berpapasan dengan seorang biksu? Berandalan tersebut
memanggil sang biksu dan menanyakan pada sang biksu dia tampak seperti apa (sambil
meniru gaya Budha yang sedang bersila), sang biksu berkata “Seperti Budha”. Sang
pemuda tertawa dan bertanya balik pada sang Biksu “apa lo tau lo kaya apa?”. Sang
Biksu menggelengkan kepala. Sang Pemuda tertawa makin keras dan berkata “Lo
kaya eek anjing”. Sang Biksu hanya tersenyum dan berlalu sambil berkata “Seseorang
dengan Budha dalam dirinya akan dapat melihat Budha dalam orang lain, sedangkan
seseorang dengan Kotoran Anjing dalam dirinya akan dapat melihat kotoran anjing
pada orang lain”
Semua orang
melihat sesuatu sesuai dengan apa yang ada pada dirinya. Saya pernah mendengar cerita
tentang seorang pemuda yang pindah dari desa A ke desa B. ditengah jalan dia
bertemu dengan seorang pengemis dan dia bertanya bagaimana kondisi di desa B.
sang pengemis berkata bahwa di desa B semua orang sangatlah sombong. Tidak ada
orang yang mau memberinya sedekah, semua hanya mementingkan dirinya sendiri. Sang
pemuda mengingat apa yang di dengarnya dan melanjutkan perjalanannya. Tak lama
kemudian sang pemuda bertemu dengan seorang saudagar. Sang saudagar bercerita
bahwa desa B adalah desa yang sangat ramah. Tiap orang yang ditemuinya
menyapanya. Semua murah senyum dan tidak segan berbagi hasil panen ataupun
hasil dari dapur mereka. Sang pemuda bingung dengan pernyataan yang sangat
berbeda tersebut.
Sayang sang pemuda belum memahami pengukuran dengan energi. Apabila
dia memahaminya, dia akan dapat mengukur bahwa tingkat kesombongan, kekikiran
dan ketidak-relaan berbagi sang pengemis sangat besar, yang menyebabkan dia melihat
desa B seperti itu. Dan pada sang saudagar, dia akan mendapatkan sifat sifat
welas asih, mau membantu orang lain, menganggap orang lain adalah keluarga dan
kerendahan hati untuk menyapa orang lain.
Anda tidak
perlu mempelajari pengukuran dengan energi untuk menyadari bahwa apa yang
dilihat orang bergantung pada apa yang ada di dirinya. Tentu bila anda memahami
pengukuran, itu semua akan lebih mudah dan anda dapat menelaah semuanya dengan
lebih akurat. Jadi saat anda memilih untuk belajar sesuatu, pilihlah mentor anda
sebaik mungkin. Karena seperti prinsip sistem dalam Ilmu komputer, Garbage In,
Garbage Out, bila anda belajar dari mentor yang salah, maka anda akan
mendapatkan ilmu yang salah, mengambil keputusan yang salah dan akhirnya hidup
anda akan penuh dengan masalah.
Nice artikel gan, BTW ada sesuatu yng ane bingung Paradigma itu apa ya
ReplyDeleteowh ya kunjungi jug ya Cek Harga HP Terupdate
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).
DeleteIntinya carapandang orang terhadap sesuatu
Wah jadi nmbah ilmu nich klo bnyak nongkrong di sini, mkasih Mas..
ReplyDeleteSilahkan anggap rumah sendiri
DeleteHolla Om.... artikelnya berbobot sekali dan berguna bagi saya yang minim pengetahuan ini,
ReplyDeletepokoknya jempol saja dech... buat Om....
visit me
http://suksespenuh.blogspot.com/2014/07/hijab-harga-mati-bagi-wanita-islam.html
Makasi jempolnya.
DeleteSip saya gantian visit nanti
Semoga bermanfaat