Baru saja
saya membuka salah satu portal berita nasional dan melihat berita tentang
seorang pengendara motor yang melaju melawan arus dan tertabrak oleh mobil yang
melaju cukup kencang di jalur yang benar. Pada berita tersebut sang pengendara
meninggal di perjalanan ke rumah sakit, sedangkan sang pemilik mobil ditahan
oleh pihak kepolisian setelah melihat kendaraannya dirusak oleh masyarakat yang
melihat hal ini. memang bila kita hanya melihat dari satu sudut pandang, sang
pengendara mobil salah karena telah menabrak pengendara motor sampai harus
mentup usia, namun ada fakta lain yaitu pengendara motor yang melaju melawan arus.
Suatu tindakan berani, menantang maut yang berujung maut. Lalu dimanakah peran
masyarakat setempat? Sebagai penghancur mobil orang yang melaju dengan kecepatan 60km per jam di jalurnya
yang dikagetkan oleh motor lawan arus?
Sebelum melanjutkan
komentar saya, mari kita panjatkan doa dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa agar jiwa sang pengendara motor kembali kepadaNya dan mendapat tempat
yang layak. Berdoa selesai.
Kembali ke
bahasan. Disini saya melihat fenomena masyarakat yang terkesan main hakim
sendiri, tanpa jaksa, tanpa pengacara dan menjatuhkan keputusan berupa “berhak
mendapat kerusakan mobil” pada pengendara mobil tanpa memikirkan dulu apa yang
terjadi. Memang saya yang merupakan lulusan fakultas kedokteran tidak memiliki
kompetensi yang layak untuk berbicara keadilan, dan disini saya tidak akan
berbicara tentang keadilan, saya hanya menuangkan isi kepala ini tentang
fenomena anarkis dari masyarakat yang melakukan pengrusakan.
Menurut pandangan
saya, pada kasus ini masyarakat bukanlah main hakim sendiri. Karena main hakim
sendiri berarti melakukan sesuatu untuk menghukum seseorang secara sepihak
tanpa melalui jalur hukum yang sah. Sedangkan disini yang saya lihat adalah
pelampiasan amarah masyarakat. Mereka tidak berpikir tentang menghukum atau
menegakan kebenaran, tapi mereka melihat ada kesempatan untuk melampiaskan
kemarahan yang sudah terpendam dari bertahun tahun yang lalu. Dan mereka
melakukan pengrusakan yang tidak bertanggung jawab. Bisa dibayangkan bila event
yang berbeda terjadi, mungkin bus Trans Jakarta menabrak sebuah city car, 99%
kemungkinan bus Trans Jakarta yang jadi korban. Karena ini bukan masalah
menegakan kebenaran, tapi masalah melampiaskan kemarahan yang terpendam.
Orang dengan
kemarahan tependam yang banyak akan cenderung bereaksi negatif pada suatu hal. Misalnya
apabila kamu menegur seseorang karena merokok, dan ternyata orang tersebut
memiliki pendaman kemarahan yang besar, apalagi bila secara sepintas fisik anda
lebih kecil dari orang tersebut, dapat diramalkan scene berikutnya anda yang
akan menjadi bulan-bulanan mereka. Namun bila fisik anda lebih besar dan orang
tersebut tidak memiliki keberanian untuk memberi anda “pelajaran”, dia akan berlalu
namun dalam hatinya akan menumpuk kemarahan lagi. Apabila anda adalah orang
yang peka dengan energi, anda akan merasakan sedikit nyeri pada dada anda, rasa
sakit akibat energi kemarahan yang dikirimkan oleh perokok itu. Apabila perokok
tersebut adalah orang tanpa kemarahan di dalam dirinya, dia akan tersenyum pada
anda, mematikan rokoknya dan meminta maaf. Meminta maaf dengan tulus, tanpa ada
energi kemarahan yang dikirimkan dan tanpa rasa sakit yang anda rasakan pada
diri anda, walaupun anda sangatlah peka.
Nah sebelum menghakimi orang orang penuh
kemarahan yang merusak mobil itu, mari sama sama kita melihat ke dalam diri
sendiri. Masihkah memiliki kemarahan? Tidak jarang orang yang tampaknya pendiam
dan murah senyum sebenarnya memendam kemarahan di dalam dirinya. Dan sangat
sering ditemukan orang orang yang memiliki ego yang cukup besar dan menyatakan
bahwa tidak memiliki kemarahan, namun dengan teknik pengukuran yang benar dapat
diukur pancaran radiasi kemarahan yang berpuluh puluh meter. Bila anda sudah
belajar Pengukuran dengan energi, ukurlah kemarahan anda, bila belum silahkan
merenung dan bertanya pada diri apakah masih memiliki kemarahan terpendam.
Lalu apa
yang harus anda lakukan untuk menghilangkan kemarahan itu? Yang pasti bukan
dengan melampiaskan dan merusak properti orang ya. Cara paling mudah adalah
perenungan batin dan menyadari adanya tumpukan kemarahan terpendam dalam diri
dan meminta maaf pada orang yang anda sakiti dan memaafkan orang yang telah
menyakiti anda. terdengar mudah, namun tanpa kekuatan energi yang besar, semua
itu hanya menjadi ucapan di bibir saja. Seorang guru akan bisa membantu anda
dalam proses ini. bukan guru di sekolah atau les bahasa inggris, namun guru
spiritual.
Bayangkan saat
suatu saat dunia tanpa tumpukan kemarahan. Hanya kedamaian yang ada di alam
ini. tentu semuanya akan lebih indah. Semoga waktu itu cepat terjadi.
Written by
Mahotama Seputra
Nb. Semua akan
lebih mudah dipahami bila anda memahami pengukuran yang objektif seperti yang
diajarkan oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih
ha ha bener sekali masbro begitu mudahnya kemarahan tersulut dengan atasnama apapun itu yang berakibat negatif ....!! Andaikan ada kasih sayang disetiap manusia yang tulus mungkin sedikit terjadinya kasus kemarahan atasnama ini!! keep posting masbro makin aye aja neh blognya templatenya makin keren ajo
ReplyDeleteYa itulah.. masalah utamanya ttp kemarahan dalam diri. Hehehe.. makanya di sadripu hindu otu musuh utama, di seven sins nya barat juga.. gak tau yg lain disebut apa.. tapi ttp itu yg harus dibersihkan.
DeleteMakasi dibilang makin aye (*senyum2malu ala dodit suci) heheheh masalah templet mah cuma ambil yg gratisan..