Thursday, May 15, 2014

Saat Pelampiasan Kemarahan Berkedok Keadilan

Baru saja saya membuka salah satu portal berita nasional dan melihat berita tentang seorang pengendara motor yang melaju melawan arus dan tertabrak oleh mobil yang melaju cukup kencang di jalur yang benar. Pada berita tersebut sang pengendara meninggal di perjalanan ke rumah sakit, sedangkan sang pemilik mobil ditahan oleh pihak kepolisian setelah melihat kendaraannya dirusak oleh masyarakat yang melihat hal ini. memang bila kita hanya melihat dari satu sudut pandang, sang pengendara mobil salah karena telah menabrak pengendara motor sampai harus mentup usia, namun ada fakta lain yaitu pengendara motor yang melaju melawan arus. Suatu tindakan berani, menantang maut yang berujung maut. Lalu dimanakah peran masyarakat setempat? Sebagai penghancur mobil orang yang  melaju dengan kecepatan 60km per jam di jalurnya yang dikagetkan oleh motor lawan arus?


Sebelum melanjutkan komentar saya, mari kita panjatkan doa dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa agar jiwa sang pengendara motor kembali kepadaNya dan mendapat tempat yang layak. Berdoa selesai.

Kembali ke bahasan. Disini saya melihat fenomena masyarakat yang terkesan main hakim sendiri, tanpa jaksa, tanpa pengacara dan menjatuhkan keputusan berupa “berhak mendapat kerusakan mobil” pada pengendara mobil tanpa memikirkan dulu apa yang terjadi. Memang saya yang merupakan lulusan fakultas kedokteran tidak memiliki kompetensi yang layak untuk berbicara keadilan, dan disini saya tidak akan berbicara tentang keadilan, saya hanya menuangkan isi kepala ini tentang fenomena anarkis dari masyarakat yang melakukan pengrusakan.
Gambaran Warga Yang Melampiaskan Kemarahan Dengan Anarkis

Menurut pandangan saya, pada kasus ini masyarakat bukanlah main hakim sendiri. Karena main hakim sendiri berarti melakukan sesuatu untuk menghukum seseorang secara sepihak tanpa melalui jalur hukum yang sah. Sedangkan disini yang saya lihat adalah pelampiasan amarah masyarakat. Mereka tidak berpikir tentang menghukum atau menegakan kebenaran, tapi mereka melihat ada kesempatan untuk melampiaskan kemarahan yang sudah terpendam dari bertahun tahun yang lalu. Dan mereka melakukan pengrusakan yang tidak bertanggung jawab. Bisa dibayangkan bila event yang berbeda terjadi, mungkin bus Trans Jakarta menabrak sebuah city car, 99% kemungkinan bus Trans Jakarta yang jadi korban. Karena ini bukan masalah menegakan kebenaran, tapi masalah melampiaskan kemarahan yang terpendam.

Orang dengan kemarahan tependam yang banyak akan cenderung bereaksi negatif pada suatu hal. Misalnya apabila kamu menegur seseorang karena merokok, dan ternyata orang tersebut memiliki pendaman kemarahan yang besar, apalagi bila secara sepintas fisik anda lebih kecil dari orang tersebut, dapat diramalkan scene berikutnya anda yang akan menjadi bulan-bulanan mereka. Namun bila fisik anda lebih besar dan orang tersebut tidak memiliki keberanian untuk memberi anda “pelajaran”, dia akan berlalu namun dalam hatinya akan menumpuk kemarahan lagi. Apabila anda adalah orang yang peka dengan energi, anda akan merasakan sedikit nyeri pada dada anda, rasa sakit akibat energi kemarahan yang dikirimkan oleh perokok itu. Apabila perokok tersebut adalah orang tanpa kemarahan di dalam dirinya, dia akan tersenyum pada anda, mematikan rokoknya dan meminta maaf. Meminta maaf dengan tulus, tanpa ada energi kemarahan yang dikirimkan dan tanpa rasa sakit yang anda rasakan pada diri anda, walaupun anda sangatlah peka.

Nah sebelum menghakimi orang orang penuh kemarahan yang merusak mobil itu, mari sama sama kita melihat ke dalam diri sendiri. Masihkah memiliki kemarahan? Tidak jarang orang yang tampaknya pendiam dan murah senyum sebenarnya memendam kemarahan di dalam dirinya. Dan sangat sering ditemukan orang orang yang memiliki ego yang cukup besar dan menyatakan bahwa tidak memiliki kemarahan, namun dengan teknik pengukuran yang benar dapat diukur pancaran radiasi kemarahan yang berpuluh puluh meter. Bila anda sudah belajar Pengukuran dengan energi, ukurlah kemarahan anda, bila belum silahkan merenung dan bertanya pada diri apakah masih memiliki kemarahan terpendam.

Lalu apa yang harus anda lakukan untuk menghilangkan kemarahan itu? Yang pasti bukan dengan melampiaskan dan merusak properti orang ya. Cara paling mudah adalah perenungan batin dan menyadari adanya tumpukan kemarahan terpendam dalam diri dan meminta maaf pada orang yang anda sakiti dan memaafkan orang yang telah menyakiti anda. terdengar mudah, namun tanpa kekuatan energi yang besar, semua itu hanya menjadi ucapan di bibir saja. Seorang guru akan bisa membantu anda dalam proses ini. bukan guru di sekolah atau les bahasa inggris, namun guru spiritual.

Bayangkan saat suatu saat dunia tanpa tumpukan kemarahan. Hanya kedamaian yang ada di alam ini. tentu semuanya akan lebih indah. Semoga waktu itu cepat terjadi.

Written by Mahotama Seputra


Nb. Semua akan lebih mudah dipahami bila anda memahami pengukuran yang objektif seperti yang diajarkan oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih

2 comments:

  1. ha ha bener sekali masbro begitu mudahnya kemarahan tersulut dengan atasnama apapun itu yang berakibat negatif ....!! Andaikan ada kasih sayang disetiap manusia yang tulus mungkin sedikit terjadinya kasus kemarahan atasnama ini!! keep posting masbro makin aye aja neh blognya templatenya makin keren ajo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya itulah.. masalah utamanya ttp kemarahan dalam diri. Hehehe.. makanya di sadripu hindu otu musuh utama, di seven sins nya barat juga.. gak tau yg lain disebut apa.. tapi ttp itu yg harus dibersihkan.
      Makasi dibilang makin aye (*senyum2malu ala dodit suci) heheheh masalah templet mah cuma ambil yg gratisan..

      Delete

Baca juga

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...