Saturday, June 7, 2014

Bagaimana Orang Damai Melihat Masa Lalu

Atmanamaste Gita Readers

Salah satu guru saya selalu menyisipkan kalimat “JAS MERAH- Jangan sekali sekali melupakan sejarah” pada setiap kuliah yang dibawakannya. Memang sudah dua tahun ini saya tidak menghadiri kuliahnya, namun masih jelas di benak saya bagaimana guru yang saya hormati ini mengingatkan saya dan teman-teman saya untuk tidak melupakan sejarah. Pada saat itu saya tidak mengira bahwa wejangan beliau itu benar-benar dipraktikan oleh kebanyakan teman saya. Ya walaupun saya merasa itu bukanlah amalan yang diharapkan oleh guru saya itu.


Kebanyakan teman saya benar-benar mengamalkan untuk tidak pernah melupakan sejarah, namun dalam versi mereka. Mereka benar benar mengingat hal-hal buruk yang pernah mereka alami dan sampai sekarang mereka masih merasa menderita saat membicarakan hal itu. Atau teman saya yang lain tidak melupakan sejarahnya dengan mantan kekasihnya yang sudah meninggalkannya, atau masih mengingat kesalahan yang dilakukan oleh temannya walaupun si teman sudah meminta maaf. Pengaplikasian yang menurut saya agak kurang tepat dari wejangan JAS MERAH guru saya, namun itulah yang saya lihat.

Hal yang sama dari teman-teman saya itu adalah rasa penderitaan, tertekan, sedih saat mengingat hal-hal yang buruk, atau rasa penderitaan, tertekan, sedih saat menyadari masa sekarang tidak seindah masa-masa indah yang sudah mereka lewati. Hal yang menarik minat saya adalah perasaan menderita tetap ada, tak peduli yang diingatnya itu kenangan yang menyenangkan ataupun menyedihkan.

Yang membuat saya heran, seorang teman saya dapat tetap damai dan tidak merasa menderita saat membicarakan masa lalu yang mungkin bagi beberapa orang termasuk menyedihkan. Apa yang berbeda? Sama sama membicarakan masa lalu, namun ada yang menderita dan ada yang tidak.

Setelah bertanya lebih lanjut, ternyata orang orang yang menderita itu bukan hanya mengingat masa lalu, tapi masih hidup dimasa lalu. Walaupun secara fisik mereka hidup dimasa sekarang, secara mental mereka masih belum beranjak dari masa-masa yang diingatnya. Hal ini mengingatkan saya pada salah satu cerita pada buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayanganya” karya Ajahn Brahm. Di buku itu diceritakan dua orang biksu, seorang biksu senior dan seorang biksu junior, yang bertemu dengan seorang wanita cantik. Wanita cantik tersebut kesusahan menyebrang sungai yang cukup lebar, dan meminta bantuan dua biksu ini. Biksu senior menawarkan untuk menggendong wanita cantik itu untuk menyebrangi sungai. Sesampainya di kuil, biksu junior bertanya pada biksu senior, bukankah dosa menyentuh sang wanita cantik pada saat menggendongnya menyebrangi sungai. Sang biksu senior hanya menggeleng dan berkata pada biksu junior bahwa dia sudah tidak menggendong wanita itu, namun si biksu junior, walaupun tidak meggendong wanita secara fisik, masih menggendong wanita itu sampai tiba di kuil. Dan penolakan nya terhadap hal itu yang membuatnya menderita. Silahkan membaca "Memahami Penderitaan" untuk lebih jelas tentang penderitaan.

Dari cerita itu dapat dilihat bahwa masa lalu hanyalah suatu peristiwa tanpa rasa bagi sang biksu senior. Kenangan itu tetap ada, namun hanya sekadar kenangan, tanpa rasa sesal, ingin lagi atau perasaan perasaan lainnya. Dan biksu itu juga telah berdamai dengan masa lalu dengan menerimanya. Memang terkadang peristiwa di masa lalu itu bukanlah peristiwa yang besar, namun segelas air mineralpun bila di angkat dengan satu tangan selama tujuh hari tujuh malam akan terasa berat. Jadi lepaskanlah beban tersebut sebelum anda merasa lelah.

Beberapa orang beraharap untuk lupa ingatan dan tidak mengingat beberapa hal yang tidak disukainya, namun itu berarti lari dari kenyataan. Apapun yang kita alami di masa lalu adalah bagian dari hidup kita. Sadarilah bahwa tanpa masa lalu itu kita tidak akan bisa seperti sekarang. Saya sadar bahwa tanpa jatuh saat belajar berjalan di masa lalu, saya tidak akan dapat berlari seperti sekarang. Tanpa pernah hampir tenggelam di masa lalu saya tidak akan merasakan nikmatnya berenang, Dan hanya dengan menerima hal tersebut adalah bagian dari kita yang sudah berlalu dan melepaskan rasa yang menyakitkan kita akan bisa hidup dengan damai.

Bagaimana Orang Damai Melihat Masa LaluBiarkan masa lalu berlalu, karena tanpa masa lalu, masa kini tidak akan terjadi, namun bila kita hidup di masa lalu, kita tidak akan dapat merasakan indahnya masa kini. Seperti yang dikatakan Lao Tzu, seorang filsuf dari negeri Tirai Bambu, Orang yang hidup di masa lalu akan merasa depresi, orang yang hidup dimasa depan akan penuh dengan kecemasan dan hanya orang yang dapat hidup dimasa sekarang yang dapat merasakan damai.

Kembali ke cerita dua biksu itu, mari kita belajar untuk melepaskan wanita cantik itu untuk turun dari pikiran kita dan membiarkanya berlalu. Karena itu lah yang akan membuat kita menjadi damai. Namun tidak semua orang dapat mengetahui apa yang ada pada dirinya dan bagaimana melepasnya. Bersyukurlah mereka yang mengerti pengukuran dan pemahaman dengan energi karena dengan pengukuran energy kita akan dapat mengukur rasa bersalah, atau hal apapun yang perlu dilepaskan untuk menjadi lebih damai.



8 comments:

  1. Belajarlah dari masa lalu agar masa depan bisa lebih baik dari masa lalu tersebut :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. harus belajar tapi life must go on. Gak boleh hidup di masa lalu terus

      Delete
  2. Keren nih bisa jadi referensi move on heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. semoga bisa cepet move on ya gan.. heheh

      Delete
  3. keren nih artikelnya--kunjungan pertama dan izin follow blognya

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih follownya gan.. pintu selalu terbuka untuk kunjungan kunjungan berikutnya

      Delete
  4. Sepakat! "Apakah kamu mengenang/menceritakan masa lalumu masih dengan penuh emosi atau mengenang/meceritakannya dengan ringan," hal itu juga yang saya gunakan untuk mengukur apakah saya sudah bisa menerima masa lalu saya atau belum, hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau udah bisa nerima.. gimanapun masa lalu ya cuma sekedar cerita :) tull gak? Hehehe makasi kunjungan nya mbak

      Delete

Baca juga

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...